Ilustrasi Menggoreng Saham
Finansial

Saham Gorengan? Apa Itu? Investor Pemula Harus Tau!!!

Saham gorengan adalah istilah yang sering kita dengar jika terjun di dunia investasi. Lalu apa pengertian, ciri-ciri dan cara mengenalinya?

RajaTips.com ~ Saham gorengan adalah salah satu istilah yang akan sering kita dengar jika sudah terjun di dunia investasi. Lalu apa pengertian, ciri-ciri dan cara untuk mengenalinya?

Apa Itu Saham Gorengan?

Saham gorengan adalah saham yang rata-rata fundamentalnya tidak terlalu baik atau bahkan bisa dibilang jelek, tapi harga sahamnya bisa melonjak naik.

Perlu diketahui, ada saham-saham yang harganya naik karena kinerjanya baik. Tapi ada juga yang naik tanpa didukung oleh kinerja yang baik, inilah yang masuk dalam kategori saham gorengan.

Saham gorengan adalah sebutan untuk sebuah saham/aset yang dihasilkan dari praktek menggoreng saham.

Praktek menggoreng saham sendiri adalah manipulasi pasar untuk membuat harga saham naik, meskipun perusahaan tidak punya kinerja yang bagus.

Biasanya kegiatan ini dilakukan oleh para orang kaya yang punya kepentingan pribadi untuk mendapatkan keuntungan besar dari ritel.

Mereka sengaja membeli saham suatu perusahaan dalam jumlah besar untuk menaikkan harganya dan membuat perhatian publik.

Setelah banyak masyarakat publik yang ikut membeli, dia akan menjual seluruh kepemilikan saham untuk mendapatkan keuntungan besar.

Sementara itu, investor ritel lain akan dirugikan. Dan si pemilik perusahaan pun mendapatkan imbasnya.

Contoh kasus dari kejadian ini adalah saham BUMI yang mana awal tahun 2017 harga sahamnya mencapai angka Rp 500 per lembarnya.

Namun sekarang hanya dibawah Rp 100 per lembarnya, sangat jauh perbandingannya.

Orang yang membeli saham BUMI saat harganya naik otomatis rugi sekarang, karena tidak pernah mencapai level tersebut lagi.

Stock Statistics Weaken
BUMI Saham

Kriteria & Ciri-Ciri Saham Gorengan

Sampai sini kita sudah paham bahwa saham gorengan sebaiknya dihindari oleh investor pemula, karena berpotensi sangat merugikan.

Lalu, apa saja ciri-ciri dan kriteria dari saham gorengan agar kita sebagai pemula tidak turut serta membelinya?

Berikut 4 kriteria yang bisa kita perhatikan :

1. Memiliki Kapitalisasi Pasar Yang Kecil

Biasanya, saham gorengan mempunyai kapitalisasi pasar yang kecil. Kapitalisasi pasar adalah harga saham dikali jumlah saham yang beredar.

Jadi misalnya harga saham sebuah perusahaan adalah Rp 1.000, sementara jumlah saham yang beredar adalah 1.000.000.000 (1 miliar) lembar.

Maka untuk menghitung kapitalisasi pasar adalah 1.000 x 1.000.000.000 = 1.000.000.000.000 (1 triliun).

Itulah yang disebut dengan kapitalisasi pasar.

Nah biasanya jenis saham gorengan ini berada di third liner (saham lapis ketiga). Saham 3rd liner adalah saham-saham yang mempunyai kapitalisasi pasar dibawah Rp 1 triliun.

Kamu bisa mengamati apakah saham yang akan kamu beli masih dibawah Rp 1 triliun.

Tapi perlu dicermati, tidak semua saham yang mempunyai kapitalisasi pasar dibawah Rp 1 triliun adalah saham gorengan.

Tetap saja ada saham yang kapitalisasi pasarnya masih dibawah 1 triliun dan kinerjanya bagus, itu tidak bisa disebut dengan saham gorengan.

Beberapa diantaranya memang mempunyai kapitalisasi pasar yang masih dibawah 1 triliun. Namun untuk lebih jelasnya kita bisa melihat indikator yang lain nanti.

Lalu mengapa saham gorengan ini ada pada saham lapis ke-3 (third liner) dan mempunyai kapitalisasi pasar dibawah Rp 1 triliun?

Karena untuk bisa mengendalikan pasar/harga saham, seorang market maker (pelaku penggoreng saham) butuh modal yang jumlahnya mendekati kapitalisasi pasarnya.

Jadi, kalau kapitalisasi pasarnya masih dibawah Rp 1 triliun kemungkinan (possibility) penggorengan saham akan lebih besar, karena dia bisa menguasai supply saham yang beredar.

Tapi jika saham dengan kapitalisasi pasar yang terlalu tinggi, misalnya BBCA yang mana kapitalisasi pasarnya adalah Rp 924,56 triliun.

Maka si market maker membutuhkan dana ratusan triliun untuk bisa menggerakan harga sahamnya.

Atau dalam kata lain : “That’s impossible!!!“.

2. Volume Transaksi Yang Tidak Stabil

Volume transaksi yang dimaksud bisa berupa :

  • Volume perdagangan
  • Jumlah lot yang diperdagangkan di hari tersebut
  • Jumlah volume perdagangan yang terjadi setiap harinya

Kamu bisa lihat bagaimana pola perdagangan saham pada suatu perusahaan.

Jika kamu menemukan pola perdagangan sebuah saham yang cenderung tidak likuid (volume perdagangannya sedikit).

Tapi secara tiba-tiba dalam beberapa hari volume perdagangannya melonjak signifikan, maka itu bisa menjadi indikasi bahwa saham tersebut sedang digoreng oleh seorang market maker.

3. Volatilitas Harga Yang Tidak Beraturan

Volatilitas harga saham yang tidak beraturan adalah salah satu parameter yang bisa digunakan untuk mengukur apakah saham tersebut bagus atau tidak.

Misalnya ada harga saham yang sebelumnya adalah Rp 100 per lembarnya, namun dalam waktu yang singkat tiba-tiba harga sahamnya naik 100% menjadi Rp 200 per lembar.

Kemudian dalam waktu yang singkat lagi, saham tersebut turun 100% dan kembali ke harga awal, yaitu Rp 100 per lembarnya.

Nah jika terjadi seperti demikian, maka perubahan/pergerakan saham ini cenderung kurang lazim, karena volatilitasnya terlalu tinggi.

Dan itulah yang sering terjadi pada saham yang sedang digoreng.

4. Kenaikan Harga Saham Tidak Didukung Fundamental Yang Baik

Biasanya, target saham yang sedang digoreng ini adalah yang memiliki fundamental kurang baik.

Normalnya, harga saham yang naik diakibatkan karena kinerja perusahaan yang semakin baik. Semakin bagus perusahaan tersebut, semakin naik harga sahamnya.

Namun ada juga saham yang harganya naik tiba-tiba meskipun laporan keuangan perusahaan tersebut sedang merugi, hutang tinggi, atau cash flownya buruk.

Nah inilah jenis saham yang harganya naik tapi tidak didukung oleh fundamental yang baik.

Kesimpulan

Sesuai dengan istilah namanya, yaitu “gorengan” yang mana harganya relatif murah, rasanya enak namun kadangkala tidak menyehatkan.

Saham gorengan sangat tidak direkomendasikan untuk seorang pemula dan investor jangka panjang.

Biasanya, para pemain saham yang membeli saham gorengan adalah dia yang mempunyai profil resiko yang agresif, dan siap menerima segala konsekuensinya.

Atau mungkin dia yang sudah tau saham sedang digoreng, dan ikut-ikutan membelinya. Berharap mendapatkan ikut cuan dengan mengikuti jejak si market maker yang sedang menggoreng sebuah saham.

Intinya, saham jenis ini lebih sering diburu para trader untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat, meskipun resikonya juga besar.

Saya pribadi tentu saja lebih memilih perusahaan yang mempunyai kinerja baik, masa depan & prospeknya cerah, serta mempunyai bisnis yang sehat.

Namun pada akhirnya semua tergantung pada masing-masing orang, dan bagaimana prinsip kamu dalam berinvestasi saham.

Saham gorengan tetap bisa menghasilkan cuan. Yang terpenting adalah terus belajar dan menambah ilmu pengetahuan.

Saya Anton, dan salam cuan!!!

Posted by
Balkis Anton Nurohman

Allohumma Sholli ‘Alaa Muhammad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *